statemen pejabat publik

Ribut-ribut RPM Konten Multimedia melibatkan fihak kominfo dan segelintir orang yang setengah taklid sevagai fihak yang pro namun di fihak lain sebagian orang yang masih menggunakan akal sehat dan logika jernih memposisikan sebagai fihak yang kontra. saya sendiri milih untuk netral sedikit kontra 🙂

Tak kurang Onno W Purbo sebagai satu dari sekian fihak yang mencoba mengkritisi RPM tersebut, ada juga asosiasi ISP, bahkan juga asosiasi konten yang merasa dizholimi dengan permen lain meminta peninjauan ulang.

Ada satu yang menarik datang dari kominfo sendiri.  silakan mencermati sendiri mana yang berbohong, mana yang salah dan mana yang benar.

Saat ditanya wartawan Menkominfo Tifatul Sembiring menyatakan tidak tahu menahu tentang RPM konten tersebut (sebuah aksi cuci tangan atau mencari kambing hitamkah?) Ada apa dengan jeroan dari kementrian ini kalau uji publik yang dilakukan atas RPM tidak diketahui oleh mentrinya sendiri?

Tapi kalau ngubek-ubek web milik kominfo kita akan menemukan satu halaman yang bertentangan. pada tanggal 17 november 2009 halaman itu diupload dan mengatakan bahwa kominfo akan membuat peraturan mengaturan konten. Nah lo?

rame intern dilarang sampai keluar

Hari-hari ke depan di beberapa milis diyakinkan akan diramaikan oleh beberapa posting :

  • Penyangkalan berita
  • Kriminalisasi jurnalis
  • Peminggiran/media
  • Debat golongan progresif revolusioner vs moderat
  • dsb

Kekisruhan bahkan sekedar debat kecil dapat dipastikan berhukum “haram” jika harus tersekspose keluar. Sebagai reaksinya jika hal itu sampai terdengar di luar adalah penyangkalan berita dengan dalih apapun. Penyangkalan ini bisa dengan mengkriminalkan jurnalis penulis berita atau memberi cap bahwa media yang menyantumkan berita itu dengan cap keagamaan sehingga imagi yang ada bahwa media tersebut selalu menyerang kelompoknya. Menutupi borok kekisruhan ternyata menyebabkan dualisme dalam tubuh kelompok itu sendiri. Satu kelompok mengecap salah satu tokoh sentral pembicaraan sebagai penyimpang dari garis haluan sementara kelompok lain terutama yang darahnya masih gampang mendidih alias kader muda kemarin sore membela mati-matian bahwa qiyadah adalah harga mati kebenaran (huh…. nyaris terjerumus pada ta’lid)

Binun ya membicarakan apa?

nich beritanya Anis Matta Nilai Sikap Tifatul Sembiring Over

pilpres

Mencermati kampanye yang telah dilakukan oleh ketiga capres-cawapres nampaknya yang patut dikasihani adalah pasangan SBY-JK. Bagaimana tidak, dikarenakan incumbent maka menjadi sasaran ‘paido’ dari capres lain. Segala macam black campaign sudah mendera pasangan ini dan lebih kasihan lagi adalah tim sukses serta partai koalisi yang berusaha mati-matian menangkis semua isyu dan gosip murahan sehingga seolah sudah kehilangan tenaga untuk berkampanye tentang program, visi misi kelak.

masa depan partai kita semua

Semoga bukan judul yang sensasional. Tulisan ini hanya sebuah cara pandang seorang manusia yang mencoba untuk tetap tsiqoh dan bukan ungkapan kekesalan, kekecewaan apalagi kampanye gelap.

Pasca Pemilihan anggota legislatif, semua partai bingung dengan hasil yang diperolah tak terkecuali partai kita semua. Hasil yang diperoleh jauh dari harapan yang selama ini dihembuskan kepada kader juga sumbar kepada media. Target yang seharusnya dicapai untuk tahun 2014 dipercepat dan dibuat express untuk 2009 ini dengan asumsi bahwa hampir semua lini di pemerintahan sudah dipegang (contoh konkret di sebuah departemen top up to root is they are).

Kebingungan ditambah ‘jurus mabuk’ masih saja dipakai walaupun secara defacto sudah merapat pada salah satu calon presiden. Amarah untuk berceraipun sempat terlontar walau akhirnya reda entah oleh apa? power share, wallohu ‘alam.

SBY adalah calon incumbent. Apa efeknya? tentu semua kebijakan dan apa yang pernah dilakukan, dikerjakan menjadi sasaran tembak dari lawan politik, dalam hal apapun. Ekonomi Neolib, jilbab istri, Boediono kejawen, istri katolik, dan masih banyak lagi. Sayangnya sebagai incumbent koalisi ini kurang bermain cantik sehingga jurus mabuk lagi yang dimainkan. Akibatnya tidak sedikit kader yang kebingungan.

Dalam sejarahnya dari kelahirannya 1998, pemilu 1999 hingga sekarang belum pernah terjadi perpecahan nyata atas suara kader partai kita semua. Disetiap keputusan yang diambil oleh Majlis Suro, Dewan Syariah Pusat maupun DPP dilaksanakan dengan tsiqoh yang bulat dan kompak entah itu dalam ranah politik, keagamaan atau kemaslahatan umat. Entah apa yang sedang terjadi, saat ini dalam menentukan pilihan capres kader terbelah menjadi dua dan tsiqoh adalah urusan nomer 10 dengan alasan kefahaman adalah yang pertama.

Jika DPP, MS dan DSP mencoba untuk menutupi atas apa yang terjadi di grass root ini, entah bagaimana masa depan partai kita semua.

jelang Pilpres

Pesta pencontrengan udah usai dan telah diumumkan siapa saja yang dipersilakan duduk di kursi empuk gedung rakyat DPR. Ada 57 artis melenggang ke sana untuk mewakili (siapa ya? sesama artis koq terlalu besar porsinya.rakyat kecil? apa iya mereka tau penderitaan wong cilik?)

Setelah saling lirik, menghitung kemampuan, saling tawar menawar, berkhayal dan berandai-andai, partai akhirnya menentukan siapa kawan mereka untuk maju dalam pilpres 8 Juli mendatang. Tak kurang tarik ulur antar partai mewarnai perkongsian ini. Mesti ketar-ketir JK memulai lebih cepat bergandeng dengan Wiranto. Sementara Prab yang tadinya keukeuh pengen jadi RI-1 melunak setelah ditawari memegang urusan ekonomi dalam kabinet bayangan Mega. Paling seru tak lain tak bukan adalah PKS. Siapa lagi kalau bukan trio heboh yang sering kali bersuara BUKAN mewakili partainya hanya suara pribadi semata. Tanpa malu dengan sifat dan sikap partai yang selama ini santun dan adem ayem, marah besar di depan media seolah ayamnya terlindas truk di jalan. Terlalu sering ketiga ini melenceng dari sikap yang ditunjukkan partai selama ini. Ada apa sebenarnya? benarkah mencoba untuk berpola progresif revolusioner? Semoga sepak terjangnya bisa terontrol dan tidak merusak imaji partai ke depan. Kemarahan itu akhirnya diredakan dengan pertemuan petinggi dengan SBY langsung sesaat sebelum deklarasi capres.

hari-hari setelah deklarasi koalisi itu internal kader partai masih saja sibuk membahas pantas tidaknya pasangan SBY menduduki kursi calon RI-2. Benarkah kemarahan Setjen terepresentasi di grassroot? Dulu tahun 2004 dan sebelumnya partai ini terkenal banget tsiqoh-nya dengan keputusan yang telah diambil oleh petinggi DPP, MS, DSP namun sekarang ada kesan mulai membangkang. Bagaimana tidak, MS mengumumkan bahwa di kalangan kader lebih banyak akan memilih JK-WIN ketimbang keputusan yang telah diambil DPP dan MS soal koalisi. Salah satu alasan mendasar adalah istri-istri capres dan cawapres ini. Istri SBY dan Boed TIDAK BERJILBAB sementara istri JK dan WIN sudah mengenakan jilbab. It’s oke memang partai ini telah menproklamairkan diri sebagai partai dakwah sehingga diharapkan jilbab mampu ‘mendakwahi’ yang lain, namun akan kontradiktif kalau ini dipandang dari basis-basis partai yang berasal dari kalangan terdidik. Begitu sempitkah apa yang mendasari pilihan hanya karena jilbab sementara visi ke depan dari pasangan capres menjadi alasan nomor sandal? Kemana jargon politik sewaktu kampanye legislatif bahwa partai ini ada untuk semua (mencoba mengejawantahkan nilai islam yang Rahmatan lil ‘Alamien), partai yang mulai terbuka untuk siapa saja yang memilih (ingat spanduk kampanye “Biru, Merah, Kuning, Hijau milih PKS? mengapa tidak untuk Indonesia lebih maju“). Akankah jilbab dua ratus empatpuluh juta muslim digadaikan dengan jilbab dua orang ini. Wallohu ‘alam. Kita tunggu hari-hari ke depan yang makin memuakkan ini.

titik nadir

Terhadap politik pandanganku telah mencapai titik nadir. Keikutsertaan pada milis parpol bukannya membuat pencerahan namun semakin mempurukkan pandangan itu. pengen muntah rasanya dengan kelakuan politisi yang semakin jauh dari santun.

[halah … udah muntah. Maaf atas keluh kesah yang gak mutu  ini.]

matematika calon pasangan (capres dan cawapres)

Tulisan ini hanya mencoba me-matematika-kan politik semata. Memasangkan capres dan cawapres menggunakan metode faktorial

Mega – Prabowo : terus terang rada ngeri, tirani militerism (?)
Mega – HNW : ga mungkin. Banteng bisa terima tapi kader PKS ogah
Mega – SBY : ga mungkin. lagi jothakan koq
Mega – JK : rada ga mungkin, sama2 pengen jadi capres
Mega – HB X : mungkin pasangan cukup ideal
Mega – ? : ada ide?

SBY – JK : bukan cuma pisah ranjang, udah talak tiga
SBY – HNW : lumayan cocok
SBY – HR : katanya chemistrynya nyambung tapi PKS terima ga?
SBY – Prabowo : Hah! jangan2 ntar jadi ada wajib militer 🙂
SBY – HB X : boleh juga tuch
SBY – ? : ada ide?

HNW – HR : partai islam moga2 mau ndukung, tapi apa cukup?
HNW – Prabowo : komplementer nich
HNW – JK : Anis Matta bisa2 keluar dari PKS :))
HNW – HB X : wah, bisa cool kali ya….
HNW – ? : ada ide?

JK – HB X : wah orde baru bisa kembali nich
JK – Prabowo : jadi gimana ya? Orba juga kayaknya.
JK – HR : hmmmm mbuh!
JK – ? : ada ide?

ga akur

Tulisan ini bukan bermaksud provokasi, cuma sekedar ajakan untuk menggunakan pemikiran yang jernih. Dari sebuah link berita didapat cerita

Pasca Ancaman Keluar Koalisi
Tifatul Imbau Kader PKS Jangan Asal Bicara
Indra Subagja – detikPemilu

Jakarta – PKS, melalui Sekjennya Anis Matta sempat mengancam akan keluar dari koalisi Partai Demokrat (PD). Tapi hal ini dinilai hanya pernyataan
pribadi. Presiden PKS Tifatul Sembiring, kini meminta kadernya menahan
diri.

“Kepada semua pengurus agar tidak mengeluarkan statemen-statemen yang keluar dari koridor,” kata Tifatul dalam pesan singkatnya yang diterima detikcom, Senin (20/4/2009).

Koq lagi-lagi kedua tokoh ini berseberangan pendapat. Sebenarnya siapa sich yang punya pikiran agresif revolusioner yang sebenarnya cenderung destruktif terhadap bangunan PKS? semua bisa membacanya. Sudah waktunya kader PKS mereview kembali keberadaanya jangan sampai mengumbar nafsu yang ujungnya merusak citra besar organisasi. Who is he? What his big plan for nation especially organization

prosesi pemilu

Terdengar dari beberapa mushola dan masjid, takmir mengumumkan bahwa hari ini akan dilakukan pemungutan suara Pemilihan Umum 2009. TPS akan dibuka pada jam 7 dan ditutup jam 12. Warga yang telah memiliki kartu undangan pemilihan agar segera berbondong-bondong mendatangi TPS.

Sebelum masuk TPS, KPPS menggelar lembaran yang memuat daftar serta foto caleg dan DPT (kenapa ga dari dulu biar kita tahu siapa yang akan kita pilih. Sebagian warga mencoba melihat daftar itu

picture-0651

picture-073

Walau jam telah menunjukkan pukul 7.30 masih ada KPPS yang sibuk membenahi berkas terlebih dahulu

picture-067

Di beberapa lokasi TPS ada yang tidak kebagian bilik suara aluminium sehingga atas inisiatif semuanya, bilik suara dibuat seperti kamar ganti pakaian

picture-074

picture-076

Besarnya surat suara dan kecilnya bilik memunculkan ide agar bilik suara diperbesar menggunakan kardus mie instan

picture-086

Surat suara yang udah dicontreng, dimasukkan ke kotak suara. Terkadang dibantu oleh petugas KPPS.

picture-088

Sebagai tanda telah turut mencontreng, maka jari kiri dimasukkan ke bak tinta.

picture-087

Inilah bukti keikutsertaan dalam Pemilu 2009. Yang penting hadir di TPS, soal mencontreng apa Wallahu ‘alam

picture-090

mencermati pileg untuk pilpres

tulisan ini hanya sebuah analisis dangkal semata karena rasa sayang pada bangsa saja

Hasil qiuck count sudah diumumkan sehari setelah pencontrengan. Hasil ini insya Alloh ga akan jauh dengan hail perhitungan manual oleh KPU.

Dari hasil itu maka arah koalisi untuk pilpres akhirnya sedikit bergeser. Ada beberapa pernyataan petinggi partai buru-buru memberi pernyataan apa yang akan dilakukan ke depan atau minimal komentar koalisi yang akan dibentuk. Tak terkecuali PKS: SBY Jangan Ulangi Kesalahan Bersama JK.

Dari perolehan hasil suara ada beberapa kemungkinan terbentuknya koalisi diantaranya :

  1. PD – Golkar dan 7 partai 2004. Suara yang bisa didulang dari koalisi ini cukup lumayan besar dan akan hanya ada satu partai atau satu koalisi lawan yaitu PDIP Mega.
  2. Golkar – PDIP. Koalisi mungkinkah akan terbentuk?
  3. PD –  PDIP. Bisa dibilang hil yang mustahal
  4. PD – PKS dan partai islam. Maka lawean dari koalisi ini adalah PDIP dan nasionalis melawan lagi Golkar dengan konconya. Berarti ada 3 capres yang bertarung. Kondisi yang tidak kondusif bagi negara yang lagi kembang-kempis. berarti persaingan sangat tajam

Menilik pernyataan Fahri, yang ditakutykan adalah kemungkinan koalisi ke-4. Sebuah kondisi yang sangat tidak nyaman karena jika menangpun maka dalam parlemen akan ada lawan kuat yaitu PDIP dan Golkar.  Sebaiknya petinggi seperti Fahri memikirkan efek negatif jika hal ini terjadi, jangan hanya memikirkan perolehan kursi dan kekuasaan saja.